
rudyspramz,MPI
Ketika dunia semakin bising dengan hiruk-pikuk kepentingan, kita perlu sejenak berhenti menyepi dalam perenungan. Menyadari bahwa sesungguhnya kerusakan yang terjadi bukan semata karena kekurangan hukum atau aturan, melainkan karena hilangnya nurani dalam menjalaninya. Ketidakadilan, ketidakjujuran, dan kemegahan yang berlebihan telah menjadi racun yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan bersama.
Kita bisa saja menciptakan sistem, menyusun undang-undang, bahkan membentuk lembaga demi lembaga. Namun selama nilai moral tidak dipegang, selama keadilan hanya jadi slogan, dan selama kebenaran mudah dibeli oleh kekuasaan, maka perdamaian hanya akan menjadi fatamorgana. Sering orang mendasarkan diri pada legalitas yang tidak sempurna, memberi celah untuk pembenaran, padahal substansi persoalan pada nilai-nilai etik dan moral yang dilanggar dan inilah legitimasi yang menjadi ukuran utama tidak semata legalitas. Legalitas tanpa legitimasi akan hampa dan rapuh.
Inilah saatnya kembali pada hakikat. Menghidupkan kejujuran sebagai dasar dari setiap langkah. Menumbuhkan kasih sayang sebagai energi dalam setiap keputusan. Dan menjadikan amanah sebagai landasan dalam memegang kekuasaan dan tanggung jawab.
Karena kehidupan yang penuh keberkahan tidak dibangun dari kepentingan pribadi, tapi dari ketulusan memberi. Tidak dibangun dari ketakutan akan hukuman, tapi dari kesadaran akan tanggung jawab spiritual dan sosial. Maka benarlah janji Allah dalam firman-Nya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...”
(QS. Al-A'raf: 96)
Marilah kita menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar pengamat yang mengeluh. Menjadi cahaya di tengah kegelapan, menjadi suara kebenaran di tengah hiruk-pikuk kepalsuan. Karena sesungguhnya, dunia akan berubah jika hati-hati manusia berubah.
Mari kita hidup dengan penuh kesadaran, kejujuran, dan cinta demi kehidupan yang lebih damai dan bermakna.
Wallahu a'lam
Comments
No comments yet. Be the first to comment!