Home > Article > Category > HIKMAH

DUNIA MENOLAKMU TAPI SURGA MEMULIAKANMU

DUNIA MENOLAKMU TAPI SURGA MEMULIAKANMU

Katanya, "kalau kamu ganteng atau cantik, hidupmu sudah seperempat lebih mudah…"

Dan sayangnya, itu bukan sekadar omong kosong.

Mau tak mau, dunia memang bergerak seperti itu.
Dunia yang menilai dari kulit luar.
Wajah rupawan adalah tiket sosial.
Tinggi dan putih sering dianggap lebih sopan.
Bahkan orang jahatpun kalau good loking banyak yang iba.

Lalu bagaimana nasib mereka yang tak memiliki itu semua?

Seperti Julaibib.
Sahabat Nabi yang tak dikenal banyak orang,
karena sejak lahir, dunia sudah terlalu cepat melupakannya.

Namanya tak lengkap.
Tak tahu siapa bapaknya.
Tak ada marga.
Tak ada warisan.
Tak ada yang bisa dibanggakan.

Tubuhnya pendek, kulitnya hitam, punggungnya bungkuk, wajahnya keras, pakaiannya lusuh. Untuk minum saja dia harus minum di sumur tempat umum.

Setiap hari ia duduk di pojok Masjid Nabawi.
Tak ikut kumpulan, tak percaya diri.
Ia tahu tempatnya bukan di tengah, tapi di pinggiran.

Ia minder.

Karena di sekelilingnya adalah orang-orang Arab asli tinggi, putih, tampan, gagah, dan punya nama keluarga besar.
Sementara ia… bahkan disebut “Julaibib” karena tubuhnya kecil.

Dan masyarakat pun tak segan mengusir.
Pemimpin Bani Aslam pernah bersumpah:

“Kalau dia mendekat ke kampungku, aku akan bertindak kejam!”

Julaibib hanya menunduk. Ia tahu diri.
Ia tak pernah berharap banyak.
Sampai suatu hari, Rasulullah datang menghampirinya:

“Wahai Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?”

Dan ia menjawab lirih:
“Siapa yang mau dengan aku, ya Rasulullah?”

Tak ada protes. Tak ada air mata.
Karena dia sudah terlalu sering menerima penolakan bahkan sebelum berharap.

Dihari berikutnya Rasulullah tetap menanyakan hal yang sama.

Hari ketiga, Rasulullah tiba tiba menggandeng tangannya.
Beliau mengetuk rumah salah satu bangsawan Anshar.

“Aku ingin menikahkan putrimu,” kata Nabi.
Sang ayah dan ibu berbinar.
“Ini kehormatan besar, ya Rasulullah!”

Tapi Rasulullah melanjutkan:
“Bukan untukku. Untuk Julaibib.”

Mereka terdiam.
Wajah berseri itu berubah gugup.

"Ya Rasulullah. Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini kepada Ibunya," kata ayah sang gadis. 

Akhirnya sang ayah kebelakang dan bicaranya sama Ibunya

“Dengan Julaibib?” istrinya menjawab 
“Julaybib, tidak demi Allah, dia tidak tampan, tidak punya rumah, tinggal dijalanan, tidak sebanding dengan orang dikota, sepuluh lelaki telah melamarnya, ratusan kali lebih tinggi dari dia.

kami tidak akan pernah menikahkannya dengan Julaybib; kami saja tidak menikahkannya dengan si fulan (yang jauh lebih baik darinya apalagi dengan Julaibib!.”)Tambah istrrinya

Terjadi perdebatan kecil antar keluarga itu.

Tapi dari balik tirai, terdengar suara sang gadis:
“Apakah kalian hendak menolak Rasulullah? Jika beliau memilihkannya untukku, maka aku pun ridha.”

Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagi keselamatan," kata sang gadis sambil membaca ayat QS. Al Ahzab : 36.

Gadis ini memilih surga, bukan gengsi.

Rasulullah pun mendoakannya:
“Ya Allah, limpahkan kebaikan padanya. Jangan beri ia kesulitan atau kesedihan.”

Beberapa hari setelah pernikahan, jihad pun berkumandang.

Dan Julaibib, yang baru merasakan cinta pertama dalam hidupnya.

justru menjadi yang pertama bangkit mengangkat pedang.

Ia pergi.
Meninggalkan dunia yang sejak dulu pun tak pernah sungguh-sungguh menerimanya.

Saat perang usai, Rasul bertanya:
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”

“Kami kehilangan fulan dan fulan” kata sahabat

“Ada lagi?” Tanya Nabi.

“Tidak ya Rasulullah.” Kata semua sahabat.

Karena Julaibib, bahkan dalam gugurnya,
masih belum dianggap cukup penting untuk dirindukan.

Lalu Nabi berkata:
“Tapi aku kehilangan Julaibib.”

Mereka mencari.
Dan menemukannya tubuh kecil itu terbujur penuh luka,
tapi di sekelilingnya tergeletak tujuh musuh yang ia tumbangkan sendirian.

Rasulullah memeluk tubuhnya, dan berkata:
“Julaibib telah berhasil membunuh tujuh orang musuh, sebelum akhirnya mereka berhasil membunuh, ia adalah bagian dariku dan diriku adalah bagian darinya.” Beliau mengulangi ucapan ini sebanyak tiga kali.

Para sahabatpun terheran, bagaimana mereka bisa luput dengan orang sehabat itu.

Nabi yang menyalatkannya.

Kematian Julaibah 
Disambug Bidadari-bidadari surga turun dari langit berlari dan berebut menyambutnya.
Mereka menanti di gerbang surga, berseru satu sama lain seolah berkata:

“Inilah kekasih Allah! Inilah kekasih Rasulullah! Inilah Julaibib!”

Ia yang dulu tak dianggap siapa-siapa,
kini disambut langit dengan karpet cahaya.
Ia yang dulu ditolak dunia, kini diperebutkan para bidadari.

Julaibib…
Yang lahir tanpa nama,
Tapi mati membawa kehormatan yang tak bisa dibeli dunia.

Disamping itu Allah menghinakan Abu Jahal yang hidup dengan kemewahan namun mati dalam kekufuran.

Bisa jadi tukang sapu dipinggir jalan, kuli bangunan, ibu-ibu jualan, itu mereka Wali Allah sebenarnya. Dibalik tabirnya ada doa yang dilangitkan tiap malam, ada sedekah yang dirahasiakan, ada nafkah iklas lillahitaallah untuk keluarganya.

Hikmah:

Julaibib:
Dia tak punya marga, tak punya rupa, tak punya harta. Tapi punya iman, dan itu cukup untuk Allah.

Rasulullah:
Beliau tak memandang fisik, tapi menatap hati. Yang ditolak manusia, justru dirangkul Nabi.

Hikmahnya:
Dunia bisa menolakmu. Tapi surga tahu persis siapa yang pantas dimuliakan.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply